Pencarian

Senin, 17 Januari 2011

YAKIN – Itulah Keajaibannya

Suatu malam disebuah pabrik pembekuan daging, tiga orang karyawan sedang bertugas malam, salah satu dari ketiga orang tersebut bertugas untuk memasukkan daging yang sudah dikemas ke dalam ruang pendingin yang bersuhu di bawah 0oC. Ketika dia sedang memasukkan daging-daging tersebut ke dalam ruang pendingin, dia tidak menyadari bahwa pintu ruangan pendingin terkunci dari luar, lalu dengan berteriak-teriak kencang dia memanggil kedua temannya. Namun keduanya tidak ada yang mendengarnya. Singkat cerita dia terkunci di dalam ruangan pendingin semalaman.  Selama di dalam ruangan pendingin tersebut dia begitu ketakutan dengan suhu ruangan yang dia rasakan semakin membekukan tubuhnya, dia YAKIN bahwa suhu ruangan pendingin di bawah 0 oC seperti biasanya dan dia YAKIN jika 3 jam dia belum keluar dari ruangan pendingin itu, maka dia akan MATI MEMBEKU. Singkat cerita, ketika pagi hari karyawan pabrik tersebut membuka ruang pendingin, mereka kaget temannya telah ditemukan mati membeku. Dan yang lebih mengagetkan mereka lagi adalah ruangan pendingin tersebut belum dihidupkan. Lalu apa yang menyebabkan temannya mati membeku, padahal ruangan dalam kondisi tidak berpendingin?
 Jika otak merupakan salah satu keajaiban pada diri manusia, maka keajaiban yang lainnya adalah apa yang ada dalam otak itu sendiri. Otak memiliki fungsi yang amat dahsyat jika digunakan dengan cara yang benar. Cara kerja otak secara khusus adalah mencari kesenangan dan menghindari kesengsaraan. Hal inilah yang selanjutnya memunculkan keyakinan manusia untuk bertindak mencapai tujuan. Tindakan tanpa didasari keyakinan akan mengombang-ambingkan langkah mencapai tujuan. Jadi faktor terpenting dalam melakukan suatu tindakan adalah KEYAKINAN.
Keyakinan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang. Banyak orang gagal mencapai tujuan adalah karena keyakinan yang salah mengenai hasil yang akan dicapai atau keyakinan yang saling bertabrakan antara positif dan negatif. Apabila mengenai hal yang sama terdapat campur baur keyakinan, dan kita mengaitkannya sekaligus dengan kenikmatan dan kesengsaraan, otak kita akan menjadi bingung atau netral.
Keyakinan bisa diibaratkan seperti magnet. Bila keyakinan positif bercampur baur dengan keyakinan negatif terhadap suatu hal, tak ada lagi “kutub positif” dan “kutub negatif” terhadap suatu hal, lalu pikiran menjadi bingung atau netral seperti besi biasa. Ketika kita yakin bulat bahwa “tujuan” itu positif, kutubnya menjadi jelas dan kita akan menjadi magnet.
Pada kenyataannya, banyak kita yang tidak pernah menyusun keyakinannya secara sadar dari lahir sampai mati. Sehingga tanpa sadar kita terjajah oleh kata-kata orang lain yang ada disekitar kita. Bila kita tidak menyusun sendiri keyakinan kita secara sadar akan tujuan akhir dari tindakan kita, maka kita akan lebih banyak menjadi seperti yang diharapkan oleh orang lain dan bukan seperti yang kita harapkan.
Temukan Keajaiban Hidup Melalui “KEYAKINAN” yang “BENAR”
Sejak kanak-kanak kita telah meyakini bahwa untuk bisa sukses dalam hidup kita harus banyak belajar dan belajar banyak agar menjadi pintar. Pintar dalam artian kita memiliki kemampuan yang baik dalam bidang akademis. Sebagai ukuran kesuksesan awal adalah berapa tinggi nilai-nilai akademis yang dapat kita peroleh selama kita “belajar”.
Keyakinan lainnya yang juga telah terpatri kuat dalam benak kita sejak anak-anak adalah untuk sukses kita perlu berusaha keras dengan waktu yang cukup lama. Diperlukan pengorbanan untuk mencapai semua kesuksesan, semakin besar kesuksesannya maka semakin besar pengorbanannya. Semakin keras usaha yang dilakukan semakin sukses hasil yang diperoleh, dan masih banyak lagi keyakinan-keyakinan yang selama ini sudah menjadi anggapan umum dan sudah dianggap benar.
Tetapi pertanyaannya, apakah semua anggapan umum itu sungguh-sungguh benar? Abad ini adalah abad yang sangat luar biasa, yaitu suatu abad yang mampu menjungkir balikkan fakta dan anggapan-anggapan yang selama ini dianggap “benar”. Hari ini kita banyak mendengar bahwa kerja keras tanpa kerja cerdas bagaikan menggali sebuah sumur, semakin dalam kita menggali semakin jauh kita dari cahaya, dari terang, dari puncak, dari kesuksesan. Artinya, tidak hanya kerja keras yang menentukan kesuksesan seseorang namun juga kecerdasannya. Namun, kecerdasan seperti apa yang dapat mengantarkan kepada kesuksesan?
Anak-anak kita sebagai bagian dari abad milenium, dimana otak menjadi prioritas maka layak kiranya kita mencoba untuk memberdayakan anak-anak kita dengan berbagai bekal yang berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak mereka. Kesuksesan merupakan bagian integral dari otak, kedahsyatan otak menjadi tolok ukur bagi tercapainya semua harapan dan impian masa depan.
Keyakinan yang benar terbentuk melalui pola latihan yang terus menerus dan berkesinambungan. Keyakinan yang benar terkait erat dengan intensitas informasi yang masuk ke dalam pikiran seseorang. Semakin tinggi intensitas pikiran tersebut maka akan semakin meningkatkan kualitas keyakinan seseorang tersebut, sebaliknya semakin rendah intensitas informasi yang meyakinkan maka semakin rendah kualitas keyakinan seseorang yang akan terbentuk.
Otak manusia berkerja dalam prinsip yang tidak mampu membedakan antara realitas dan bukan realitas/semu. Otak memberikan respon kepada semua informasi yang diterima otak dalam bentuk “realitas”. Artinya, di dalam mekanisme kerja otak semua informasi dianggap nyata meskipun pada kenyataannya mungkin informasi tersebut hanya bersifat imajinatif. Karena prinsip realitas inilah yang menyebabkan proses eksekusi suatu informasi di dalam otak manusia akan berimbas kepada suatu sikap atau perilaku tertentu sesuai apa yang dipikirkan oleh otak. Contohnya, jika seseorang memiliki ketakutan terhadap kecoa (phobia kecoa). Orang tersebut tidak perlu harus bersinggungan dengan si kecoa untuk memicu rasa takutnya, tetapi hanya sekedar diinformasikan ke dalam pikirannya bahwa dia sedang berdekatan dengan kecoa, maka dalam waktu sekejap orang tersebut akan memunculkan perilaku ketakutan terhadap kecoa.
Karena begitu dahsyatnya prinsip realitas ini, maka amatlah penting untuk kita dapat menggunakannya dengan cara yang sangat tepat, efektif dan efisien untuk proses belajar., terutama proses belajar pada anak-anak. Anak-anak tidak perlu harus melakukan sesuatu secara nyata tetapi cukup hanya dengan mengimajinasikannya dan membuat simulasi sedemikian rupa sehingga otak “beranggapan” bahwa apa yang terjadi tersebut adalah kenyataan. Dari “kenyataan internal” inilah nantinya yang akan membentuk sebuah sikap dan perilaku yang nyata.

Tidak ada komentar: